Sabtu, 19 April 2014

Aksi "Demo" kedatangan Bapak Jokowi di Kampus ITB 17 April 2014. Menurut Saya?

Hai Bloggers,

Mumpung lagi hangat-hangatnya, saya ingin membagikan apa yang saya pikirkan mengenai kejadian dua hari lalu di kampus saya, Institut Teknologi Bandung. Kejadiannya adalah mengenai sekelompok mahasiswa membuat barikade didepan gerbang utama, untuk menghalangi pembicara kuliah umum mengenai tata kota, pendatanganan MoU antara ITB dan pemkot kota Jakarta, sekaligus Gubernur DKI Jakarta Bpk. Jokowi. Berikut beberapa foto-foto yang berhasil saya temukan :







Banyak sekali tanggapan positif maupun negatif dari orang - orang mengenai hal ini. Saya sendiri saat kejadian sedang mengerjakan tugas di kampus. Dan seketika itu saya mendengar kalau ada kejadian penghalangan jokowi saat masuk kedalam kampus. Rencananya saya ingin sekali mendengar kuliah umum dari Bpk. Jokowi. Sejujurnya menurut saya beliau adalah role model pemimpin yang baik. Pemimpin yang sabar, tegas, tidak korupsi (menurut saya), dan punya integritas untuk melayani rakyatnya. Bpk. Jokowi adalah orang baik yang mungkin menurut informasi yang saya dapat, banyak dipengaruhi oleh orang yang ada dibelakang beliau. Saya tidak tahu siapa, tapi saya beranggapan mereka punya maksud tersendiri.

Back to topic, berikut saya lampirkan pernyataan Ketua KM (Keluarga Mahasiswa) ITB yang baru saja terpilih. Kak Jeffry, mengenai sikap KM ITB mengenai kedatangan Bpk. Jokowi kemarin :

Dalam rangka membangun kerja sama dengan pihak Institut Teknologi Bandung (ITB), Gubernur DKI Jakarta sekaligus Calon Presiden dari salah satu partai di Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), hadir ke Bandung dengan tujuan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU). Berdasarkan informasi dari Bu Anis selaku pihak Humas ITB, MoU tersebut merupakan bentuk kerjasama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan pihak ITB untuk menyelesaikan masalah Tata Kota dan Pariwisata di Jakarta. Adapun Pihak yang akan menandatangani MoU tersebut adalah pihak Rektorat ITB yang diwakili oleh Rektor ITB, Prof. Akhmaloka Ph.D dengan Pemprov DKI Jakarta yang akan diwakili oleh Gubernur DKI, Joko Widodo.

Hari ini adalah hari ke 83 (kurang dari 3 bulan) sebelum PEMILU PRESIDEN RI dilaksanakan. Suhu politik di Indonesia memanas mengenai pencalonan Presiden RI. Para calon presiden yang sudah mendeklarasikan diri seolah memanfaatkan momentum safari politik. Kini, salah satu pihak yang telah mendeklarasikan diri sebagai calon presiden Indonesia, Joko Widodo akan hadir di ruang publik ITB untuk mengisi Kuliah Umum ‘Studium Generale’ ITB. Kehadiran Jokowi di ruang publik ITB, di momentum politik yang 'rawan' ini memiliki potensi politisasi terhadap lembaga pendidikan ITB, dan seluruh entitas yang ada di dalamnya, termasuk mahasiswa.

Untuk itu, KM-ITB menyatakan:

1. Menolak segala atribut kampanye masuk ke Kampus Institut Teknologi Bandung dikarenakan hal ini berpotensi mempolitisasi Lembaga Pendidikan ITB. Selain itu, hal ini juga melanggar Aturan KPU mengenai larangan pemasangan atribut kampanye di beberapa tempat khusus

 2. Menolak segala bentuk politisasi terhadap lembaga pendidikan Institut Teknologi Bandung dan segala entitas di dalamnya.

3. KM-ITB menyatakan tidak berpihak kepada pihak/ calon presiden manapun untuk Pemilu RI 2014.

Selain itu, kami mengajak seluruh lapisan masyarakat, khususnya mahasiswa ITB untuk:

‎Turut menyebarkan berita sikap mahasiswa ITB terhadap kedatangan salah satu calon presiden, bahwa KM-ITB tidak berpihak kepada pihak/ calon presiden manapun dan menolak segala bentuk politisasi di Lembaga Pendidikan ITB.

Melaporkan segala atribut kampanye yang dengan sengaja diletakkan di sekitar kampus ITB dengan cara; mendokumentasikan bukti berupa foto dan mengunggahnya di twitter dan melaporkannya ke akun twitter @KM_ITB. Foto tersebut akan diolah dan dilaporkan kepada pihak berwajib untuk ditindaklanjuti.

Demikian pernyataan sikap dan himbauan kami untuk dipublikasikan kepada seluruh lapisan masyarakat.

Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater,
Salam Ganesha!

Bandung, 17 April 2014

Atas nama seluruh mahasiswa KM-ITB,
Ketua Kabinet KM-ITB 2014/2015

Mohamad Jeffry Giranza‎

Ini adalah pesan yang tersebar pada hari-H kejadian. Walaupun begitu ternyata ada sedikit miss yang terjadi dilapangan. Hal ini lah yang didefinisikan oleh media, kalau seakan-akan mahasiswa ITB adalah mahasiswa yang anarkis, tidak berfikir, dan tidak logis. Berikut klarifikasinya : 

Klarifikasi Resmi Mengenai Aksi:
 “Tolak Politisasi Kampus, 17 April 2014”


Salam Ganesha!
15 April 2014, Studium Generale (SG) mengundang Gubernur DKI Jakarta, Bapak Joko Widodo (Jokowi) diumumkan, dan SG tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 17 April 2014. Mendengar berita ini, kabinet KM-ITB memutuskan bahwa KM-ITB harus bersikap. Pertanyaannya, mengapa KM-ITB perlu melakukan penyikapan?
  1. Jokowi telah mendeklarasikan dirinya sebagai calon presiden RI 2014.
  2. Pengumuman mengenai Studium Generale, tidak dilakukan seperti biasanya. Setiap pengumuman kuliah SG, selalu diumumkan siapa pengisi SG dan apa topiknya. Kali ini, SG hanya diberitahukan bahwa akan diisi oleh Gubernur DKI Jakarta, tanpa diberi tahu apa temanya.
  3. Kehadiran Jokowi di ITB adalah inisiatif dari Jokowi. ITB telah mengundang pihak Pemprov DKI Jakarta sejak November 2013, namun Pemprov DKI terus tidak menyanggupi. Tiba-tiba, atas perintah Gubernur DKI Jakarta, di bulan April ini, diadakan kunjungan ke ITB.
  4. Kunjungan yang dimaksud adalah penandatanganan MoU mengenai kerjasama ITB dan Pemprov DKI Jakarta.
  5. Penandatanganan MoU, bisa dilakukan tanpa harus mengadakan Studium Generale.
Saat ini kondisinya, kita sama-sama mengetahui, bahwa Jokowi telah mendeklarasikan dirinya sebagai salah satu Calon Presiden RI. Dengan beberapa sebab yang telah dijelaskan diatas, kita bisa melihat adanya sebuah kejanggalan perihal kedatangan beliau di kampus ini. Ketika pilihan sikap kita adalah diam, maka ITB akan diberitakan oleh media bahwa “ITB menyambut hangat kehadiran Jokowi”, seperti apa yang terjadi kepada rekan kami sesama mahasiswa di tempat lain.
Kampus Netral adalah Harga Mati.
Kampus ini, tidak boleh dipolitisasi.
Oleh karena itu, sekali lagi kami tegaskan bahwa tujuan aksi kami kemarin adalah;
KM-ITB menolak segala bentuk politisasi kampus ini, dan KM-ITB menyatakan tidak mendukung calon presiden manapun dalam Pemilu RI 2014.
Mengenai Keberjalanan Aksi 17 April 2014
Aksi yang kami lakukan, telah mendapatkan izin dari Kongres KM-ITB. Adapun mengenai kesepakatan mengenai aksi yang diajukan adalah sebagai berikut;
Atribut aksi yang telah disepakati adalah sebagai berikut;
    • Spanduk yang berisi: “Kampus Netral Harga Mati” dan “Tolak Politisasi Kampus”
    • Karangan bunga “Turut berduka cita atas dipolitisasinya Kampus ITB”
    • Plan aksi yang telah disepakati adalah sebagai berikut:
Pasukan aksi dibagi menjadi tiga pasukan; Pasukan longmarch yang dikomandoi oleh Koplo FI ’11 (titik mulai di sekre unit Majalah Ganesha), korlap aksi di gerbang depan yang dikomandoi oleh Adhy FI ’11 (titik mulai setelah massa sampai ke gerbang depan), dan pasukan ‘dalam’ SG yang dikomandoi oleh Jeffry Giranza GL ’10). Jendral lapangan yang membawahi ketiga pasukan tersebut adalah Okie Fauzi Rahman FT’11.
Teklap yang disepakati adalah;
  • Akan ada longmarch dari sunken sampai Kubus
  • Massa yang akan dibawa aksi hanyalah sebanyak 40 orang
  • Barikade yang akan dibuat adalah barikade untuk melindungi agar aksi teatrikal dan orasi tidak berujung chaos
  • Barikade yang dibuat adalah barikade buka-tutup, bukan untuk memblokade jalan
  • Adalah benar ada rencana untuk menyapa mobil Pak Jokowi sebelum ketika memasuki gerbang depan, untuk menyatakan bahwa kampus ini netral dan menolak politisasi
Realisasi yang miss di Lapangan
  1. Ada oknum yang tidak bertanggung jawab (belum diketahui sampai hari ini siapa oknum tersebut) yang memasang spanduk di Taman Sari mengenai “Tolak Capres Ingkar Janji”. Spanduk tersebut dipasang hanya sebentar, dan kami mengetahuinya dari pemberitaan yang tersebar di media massa dari foto tersebut. Kami menegaskan bahwa spanduk tersebut bukan bagian dari aksi kami, karena maksud kami adalah menyatakan bahwa kampus ini netral, bukan untuk menyudutkan Pak Jokowi.
  2. Masa aksi yang hadir melebihi target (40 orang), hal ini menyebabkan lapangan menjadi sangat dinamis dan sangat mempengaruhi psikologi massa, baik yang mengikuti aksi dan menyaksikan aksi.
  3. Adanya miss di lapangan saat penahanan mobil asisten Jokowi dengan barikade tutup saat mobil tersebut melewati gerbang depan ITB. Plan awal adalah 40 massa dengan barikade tutup buka dan hanya sekedar menyapa  Pak Jokowi. Namun akibat bertambahnya jumlah massa yang signifikan, dan tidak ada plan B untuk mengatur pertambahan massa yang signifikan, hal ini menyebabkan kesulitan pengendalian massa di lapangan, efeknya adalah massa memanas dan seakan menahan mobil masuk dengan barikade.
Ketika aksi, dan saat semua tangan kita menjadi satu badan, satu barikade, maka setiap gerakan dan emosi yang ada dari salah satu badan akan sangat mudah merambat kepada massa aksi yang lainnya. Saat itu, saat terjadi adegan penahanan mobil asisten Jokowi, massa yang ikut dalam barikade tanpa maksud khusus terbawa untuk ikut menahan mobil asisten Jokowi, saat itu Satpam yang sedang bertugas pun memiliki kewajiban untuk melindungi mobil tamu dan memastikan keamanannya.
Adanya pengaruh emosional tersebut dan kurangnya pengendalian lapangan terhadap massa yang besar, menyebabkan sempat terjadi dorong-mendorong antara mahasiswa dan pihak keamanan ITB. Disini, kami menyatakan meminta maaf atas kejadian yang tidak diprediksi tersebut, terutama kepada pihak keamanan yang merasakan langsung kejadian tersebut.
Disini, kami ingin menegaskan sekaligus meminta maaf kepada seluruh pihak yang merasa terganggu atas pemberitaan mengenai kejadian tersebut, dan terutama kepada seluruh pihak yang terlibat dalam kejadian tersebut. Kami meminta maaf atas kegagalan kami dalam menajemen aksi, terutama dalam ranah teknis yang menjadi banyak sorotan hari ini. Kegagalan atas pengendalian aksi kemarin menjadi lesson learnedtersendiri untuk kita semua, khususnya kami, pihak yang menyelenggarakan aksi.
Namun sekali lagi kami menegaskan bahwa aksi tertanggal 17 April 2014 ini, menegaskan bahwa KM-ITB menolak politisasi Lembaga Pendidikan ITB, dan kami, mahasiswa ITB bersikap netral tidak mendukung calon presiden manapun dalam Pemilu Presiden RI 2014.

Bandung, 18 April 2014
Mohammad Jeffry Giranza
Ketua Kabinet KM-ITB 2014/2015
Mewakili massa aksi KM-ITB
Klarifikasi ini sudah disetujui oleh Kongres KM-ITB
http://km.itb.ac.id/site/klarifikasiaksi17april2014/

Tanggapan saya :

Menurut saya, tidak semua pihak benar disini. Saya mengerti sekali semangat kemahasiswaan yang tidak ingin bungkam dan tertutup matanya akan dunia luar. Maka KM ITB melakukan ini demi alasan tersebut menurut saya, untuk membenarkan apa yang kami rasakan benar. Namun disatu sisi, saya tidak bisa memungkiri kalau hal ini juga tidak bisa dikatakan sepenuhnya benar. Hal kecil seperti yang miss seperti ini dilapangan bisa menjadi hal yang besar di mata media. Menunjukkan kepedulian kita terhadap dunia memang benar. Tapi banyak aksi di kampus yang sebenarnya bisa kita lakukan, bukan hanya demo, tapi bisa melalui kata-kata, dan pencerdasan-pencerdasan.

Yang sejujurnya membuat saya sedikit naik pitam adalah media yang menggombar-gombarannya seakan-akan kami, mahasiswa ITB tidak berfikir jernih, katakan saja kami seperti dibilang orang bodoh, anak kecil yang tidak punya kekuatan untuk mengubah Indonesia. Media sudah di politisasi oleh segerombolan orang yang ingin menguntungkan kelompoknya sendiri.






 Saya beranggapan kalau mahasiswa ITB adalah mahasiswa-mahasiswa yang kritis. Disini semuanya kritis. Dan mungkin untuk menggaris bawahi dan membuat bloggers berfikir, akan kedatangan Bpk. Jokowi kemarin versi saya :

1. Kenapa Bpk. Jokowi datang setelah pendeklarasiannya sebagai capres ke ITB? Oke Bpk. Jokowi sibuk, tetapi ini membuat persepsi negatif tersendiri mengenai kedatangannya ke ITB. Yang katanya dikonfirmasi oleh timnya kedatangan ini. Ingat saat masyarakat Indonesia demo karena kenaikan BBM? jawabannya karena masyarakat Indonesia belum siap untuk menerima hal tersebut, dan timbul persepsi negatif di masyarakat. Alhasil, ya, DEMO BESAR-BESARAN. Padahal sesuai yang kita ketahui kalau kenaikan BBM untuk mengurangi pengeluaran APBN negara. Tidak semua orang bisa menerima apa yang kita putuskan.

2.Kekhawatiran mahasiswa ITB akan di politisasinya kampus ITB. Saya tahu sekali kalau Bpk Jokowi adalah orang baik, pemimpin yang baik. Tetapi apakah oknum-oknum dibelakangnya demikian? menurut saya logis jika mahasiswa ITB sedikit berpikiran negatif akan kedatangan Bpk. Jokowi kemarin.

Saya juga banyak membaca komentar dari orang-orang mengenai kejadian kemarin. Dan menurut saya banyak yang harus di klarifikasi di komentar-komentar tersebut. Seperti :

1. Mahasiswa ITB bodoh. Menurut saya ini salah besar. Untuk masuk ke kampus ini butuh perjuangan yang besar. Dan petinggi-petinggi kampus ini sudah dipastikan kualitasnya. Mulai dari orasi-orasi mereka, pemikira-pemikiran mereka, dan kaderisasi-kaderasi yang mereka. Apakah anda tahu kader di ITB salah satu yang terberat di antara banyak kampus?

2. Mahasiswa ITB sudah direkrut oleh partai. Jelas saja tidak, kampus ini adalah kampus untuk belajar. Selama saya berkegiatan oleh banyak orang di kampus ini, saya tidak pernah orang berbicara mengenai bergabung partai, pakai atribut partai, ataupun mengagung-agungkan sebuah partai. Itu jelas bukan style anak ITB.

3. Mahasiswa ITB yang berdemo adalah haters Bpk. Jokowi. Menurut saya ini salah besar juga. Mahasiswa disini berpikir global. Bukan hanya didasari oleh keinginan hasrat yang menggelapkan mata mahasiswa ITB. Tapi ambisi lah yang membuka mata mahasiswa-mahasiswa tersebut.

Dan berikut adalah berita yang menurut saya paling netral dalam menjelaskan aksi kemarin :

ganecapos.blogspot.com/2014/04/jokowi-batal-berikan-kuliah-umum-di.html
ganecapos.blogspot.com/2014/04/jokowi-datang-ke-itb-mahasiswa-tolak.html

Saya tidak ingin terlalu membela KM ITB ataupun Bpk. Jokowi. KM ITB memperjuangkan apa yang mereka yakini, dan menurut saya itu benar. Kalau kampus ini tidak boleh di politisasi dan harus netral. Mahasiswa adalah suara rakyat. Dan menurut saya, Bpk. Jokowi juga tidak sepatutnya disalahkan karena datang ke ITB. Maksudnya adalah baik untuk memberikan kuliah umum mengenai tata kota dan pendatanganan MoU.

Saya hanya ingin mengajak blogger untuk berfikir kritis, logis, dan objektif.  Kebebasan berfikir ada didalam diri kita sendiri, jangan sampai kebebasan berfikir kita di pengaruhi oleh media. Sehingga kebebasan kita direnggut oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Salam Merdeka

Riansya Fikri

P.S. Saya terbuka oleh komentar apapun yang membangun. If you have thoughts, just comment :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar